puisi

Monday, January 20, 2020

LUKA YANG SENGAJA DIBIARKAN

Menyaksikan tumbuh kembang anak adalah kerinduan seorang ibu, bahkan bukan sekedar menyaksikan melainkan berperan aktif dalam perkembangannya memberikan kepuasan tersendiri dalam bathin sorang ibu. Namu apa daya apabila anda harus menghabiskan sebagian waktu di luar rumah alias di tempat kerja. Dengan terpaksa hati harus merelakan anak diasuh oleh pengasuh atau kerabat dekst. Kerinduan seorang ibu kepada anak saat harus berada di luar rumah tidak dapat terobati hanya dengan memajang gambar anak di meja kerja atau hanya sekedar menelephon bahkan dengan tekhnologi yang semakin berkembang bisa langsung bertatap muka dengan video call. Demikian pula halnya dengan si anak sendiri setiap hari mereka harus memendam kerinduan, tidak sabra menunggu waktu ibunya pulang ke rumah.

Sunggu ironi realita kehidupan ini, setiap hari harus ada jarak memisahkan ikatan cinta antara ibu dan anaknya. Sesungguhnya ketika seorang wanita harus merelakan waktunya untuk bekerja yang seharusnya untuk sang buah hati, ada pergumulan berat bergejolak dalam bathinnya. Betapa dia harus berada di balik tirai waktu yang memupus kerinduannya, demikian juga dengan sang anak. Dua manusia yang harus menerima kenyataan hidup yang mengiris-iris bathinnya. Sebuah luka yang tak kunjung sembuh kecuali dengan suatu keputusan untuk berhenti berkarir. Demi karir seorang ibu harus bersedia membiarkan dirinya terluka, menjadi sebuah perjuangan yang berat yang tidak bisa dirasakan oleh kaum Adam.

No comments:

Post a Comment