puisi

Monday, April 29, 2019

AMARAH

Sesaat setelah segumpal awan hitam berlalu
terbawa angin tinggalkan singgasananya
sepercik cahaya menyilaukan
mengiring gemuruh mengglegar
segerombolan tikus berlarian
berdesak-desak ke dalam liangnya
tak ada satupun yang berani
apalagi sekedar menatap

Merah padam wajah sang angkara
menahan segala kegeraman
tiada yang sepaham
semua menjauh dari harapan
mata memerah karena amarah
menatap dengan beringas
semua tenang tak bergerak
bahkan degup jantung seakan terhenti

Wahai kamu Manusia
Mahluk yang diberi akal budi
serupa dan segambar denganNya
Sengaja engkau mengabaikan hikmat
menyerah kepada kuasa murka
karena kedegilanmu kau abaikan akal budi
padahal peringatan telah jelas
janganlah kemarahan membuatmu berdosa
janganlah matahari terbenam
sebelum padam amarahmu.

See the source image

No comments:

Post a Comment