Emansipasi wanita adalah hasil perjuangan ibu R.A Kartini agar para wanita memiliki hak memperoleh Pendidikan setinggi-tingginya dan memperoleh kesempatan yang sama dalam menerapkan ilmu yang dimiliki agar tidak direndahkan derajatnya.
Memaknai perjuangan emansipasi, para wanita seharusnya memiliki semangat juang yang tinggi untuk memajukan dirinya menjadi wanita kuat dan mandiri. Wanita kuat bukan berarti harus memiliki tubuh yang kekar dengan otot yang kokoh, tidak meninggalkan kodratnya sebagai mahluk yang lembut namun dalam kelemah-lembutan tersimpan kekuatan seorang wanita untuk menjadi pendengar yang setia dan penasehat yang bijak.
Hati seluas samudera adalah hati yang sanggup menampung keluhan, curahan perasaan pedih karena persoalan hidup dan bahkan menerima luapan kebahagiaan dari sesamanya, Berbahagiala apabila kamu memiliki hati seluas samudera, karena itulah kekuatan sesungguhnya dari seorang wanita. Ketidaksadaran akan kekuatan tersebut membuat banyak wanita menggunakan hatinya bukan sebagai penampungan melainkan seperti sebuah buli-buli yang posisinya miring sehingga semua yang masuk tidak pernah bertahan semua meluap keluar. Apapun yang diterima semua menjadi konsumsi khalayak ramai bahkan tidak jarang sudah dikembangkan berlipat ganda dari bentuk awalnya.
Seorang wanita yang menyadari akan kemampuan dirinya cenderung memegang teguh prinsip emansipasi namun sayang seringkali hal inilah yang menciptakan kisruh dalam kehidupannya karena salah memaknainya.
Tujuan seorang wanita berkeluarga adalah menjadi seorang istri dan ibu dari anak-anak yang dengan sendirinya melekat menjadi kewajiban yang harus dijalankan. Pemikiran bahwa merawat anak adalah tanggung jawab berdua, menyeidiakan makanan bukan hanya tugas istri toh suami juga pandai memasak. Hal tersebut sangat sempurna ketika dilaksanakan dengan dasar kasih. Tetapi ketika seorang wanita berdiri dengan hati yang tegar, menempatkan dirinya sebagai pribadi yang juga menopang keluarga atau turut menafkahi keluarga dan menegaskan bahwa urusan anak, urusan rumah adalah bukan urusannya karena harus focus pada pekerjaan yang mendatangkan uang untuk keluarga, hal ini sudah sangat jauh dari makna emansipasi. Istri merasa memiliki power yang sama sengan suami karena memiliki andil dalam menghidupi keluarga. Posisi, kedudukan dalam karir yang cemerlang semakin menuntut adanya pengakuan dari orang lain terhadap dirinya.
Kenyataan ini menunjukkan ketidaksiapan seoran wanita secara mental dalam mengarungi kehidupan berumah-tangga sebab tanpa disadari dia sedang memperkokoh kerajaan keegoisannya.
Demikian emansipasi seringkali mengalami pemaknaan yang salah oleh kaum wanita terutama yang memiliki kemampuan untuk menopang dirinya sendiri dan orang lain.
Tujuan diciptakannya Hawa adalah untuk menjadi penolong bagi Adam. Apabila kondisi tadi sudah dominan akibat keegoisan maka istri bukan lagi menjadi penolong bagi suaminya.
Menjadi penolong ketika suami mengalami masa-masa terendah dalam hidupnya, bukan saja masalah ekonomi atau pekerjaan yang mendatangkan uang, melainkan hal-hal di luar itu yang justru selalu hadir dalam kehidupan manusia setiap saat sekalipun tidak diarapkan.